Rindu Dengannya Oh Ibu Pertiwi
Langit
biru tak berucap maupun bersua hanya terlihat awan kemawan menghias, saksi bisu
perihal kami
Di kanan
ambal hijau terbuka luas memenuhi daratan, butir-butir menguning dan merunduk
tanda ia mengisi janin putih baru
Di
kiri berbanjar pohon jati dengan gagah bersiap untuk digantikan
Gemercik
air jatuh dari pipa-pipa gunung kala itu, hingga hilir sungai mengalirkan air
yang tenang
Si
Bebek, Si Angsa, dan Si Walet kian merdu nyanyian embunnya diantara ambal hijau
dan hilir sungai
Adalah
sebagian contoh kecil hadiah yang diberikan Tuhan
Tanah-tanah
subur, air melimpah, sampai ikan yang kau inginkan akan datang menghampiri
Ikan
bedukang, ikan demersal, ikan jarang gigi, sampai ikan beku kau nikmati
Kita
berlimpah laut, berlimpah hasil laut untuk penganan
Jangan
drimu merasa hancur tanpa kehidupan di tanah kehidupan, ini tanah ibumu, Ibu
Pertiwi...
Jangan
pernah merasa takut habis lautmu..
Jangan
pernah merasa takut lautmu dicuri orang lain..
Kami
ada disini untuk bersama-sama bergandengan tangan menjaga laut kita..
Hadiah
yang diberikan oleh Tuhan haruslah perihala baik hingga cucu nanti
Tapi
apa daya kita...
Semua
tinggal cerita, oh Ibu Pertiwi
Bekas-bekasnya
saja tak dapat dinikmati cucu..
Semua
rata dengan tanah...
Semua
bersih teraspal...
Tanpa
sisa untuk melihat yang hijau di kemudian...
Buldoser-buldoser
berlari.. bergerak cepat melalap rata..
Demi
selembar kertas bernama rupiah
Rindu..
Rindu
akan suasana dulu
Oh
Ibu Pertiiwi..
Kampung-kampung
dengan ambal-ambal hijaunya
Desa-desa
dengan hilir sungainya..
Bukan
kota dengan tumpukan plastik hijau membentuk pohon..
Bukan
bebek, angsa dan walet yang bernyanyi karna listrik..
Bukan
pabrik-pabrik asap yang ditanam di tanah...
Rindu
dengannya, oh ibu pertiwi..
Tak
rindukah dengan cuitan burung dikala pagi itu..
Tak
rindukah dengan suara gemercik air dari gunung..
Dan
tak rindukah melihat ambal hijau bermekaran menguning...
Aku
rindu dengannya, Oh Ibu Pertiwi..
Komentar
Posting Komentar